Salahsatunya lagu Cik Cik Periuk. Lagu Cik Cik Periuk adalah lagu daerah masyarakat Kalimantan Barat, tepatnya wilayah Sambas. Menurut beberapa sumber, konon, lagu ini diciptakan oleh masyarakat setempat sebagai sindiran bagi para pendatang di daerah tersebut. Baca juga: Lagu Mariam Tomong, Berkisah Perjuangan Mengusir Penjajah di Tanah Batak.
Category Sulawesi UtaraSulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dengan ibu kota terletak di kota Utara atau Sulut berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudera Pasifik di sebelah timur, Laut Maluku dan Teluk Tomini di sebelah selatan, Laut Sulawesi dan provinsi Gorontalo di sebelah barat, dan provinsi Davao del Sur Filipina di sebelah penduduk Sulawesi Utara adalah Suku Minahasa, Suku Bolaang Mongondow, Suku Sangihe, Suku Talaud, Suku Siau namun demikian, etnisitas di Sulawesi Utara lebih Minahasa dan Bolaang Mongondow menyebar hampir di seluruh wilayah Sulawesi Utara daratan. Suku Sangihe, Suku Talaud, Suku Siau mendiami di Kepulauan Sangihe Talaud, dan Pulau Lembeh, terutama di daerah pesisir utara, timur dan barat daratan Sulawesi lagu daerah Sulawesi Utara Luri Wisako Oh Minahasa Tempat Lahirku Lautan Mabiru Biru Sumikolah Manesel Saa’aku Ikagenang Jam Pukul Lima Se Tedu Matuari Miara Si Luri Wo Mangura Ngur Sayang Sayang Si Lili Micoman Niko Mokan Poco Poco Leleng Ma Hupaima Ketabo Ketabo Cikala Le Pongpong Tan Mahurang Tahanusangkara Sitara Tillo Si Patokaan O Ina Ni Keke Gadis Taruna Esa Mokan Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Miara Si Luri, […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Wo Mangura Ngur, […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Sayang Sayang Si […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Micoman, salah satu […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Niko Mokan, salah […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Poco Poco, salah […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Leleng Ma Hupaima, […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Ketabo Ketabo, salah […] Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Cikala Le Pongpong, […]
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS si lagu daerah yang berasal dari provinsi jakarta. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui
Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Miara Si Luri, salah satu lagu daerah yang berasal dari provinsi Sulawesi Lagu Miara Si LuriJudul Miara Si Luri Pencipta Daerah Sulawesi Utara Golongan lagu daerah / lagu wajib daerahLirik Lagu Miara Si LuriSako miara si Luri Piara nusia, leo-leosan Leo-leosan nusia Wo sia lalei Lalei wia nikoNitumo Mikir mikirlah sa niko miara si Luri Sasia Lewo lewoen si gampang uman tumewel kariaMakna dan Arti Lagu Miara Si LuriComing Soon …

Asallagu: Kalimantan Selatan Makna lagu: Pada awalnya dinyanyikan secara iseng saat masyarakat Kalimantan Selatan yang membuat sebuah kue atau makanan yang terbuat dari pisang. Makanan ini bernama rimpi. Cara membuat makanan ini adalah dengan cara pisang di diampar (disusun) kemudian dibiarkan hingga hampir matang. Miara Si Luri

Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Wo Mangura Ngur, salah satu lagu daerah yang berasal dari provinsi Sulawesi Lagu Wo Mangura NgurJudul Wo Mangura Ngur Pencipta Daerah Sulawesi Utara Golongan lagu daerah / lagu wajib daerahLirik Lagu Wo Mangura NgurWo mangura-ngura si kaleongku Wo mangesa-ngesa aku petana dou Wo mangesa-ngesa aku petana dou Si mamikir mikir lalan kelangan TaA’an kumuramo si kaleongku Wo aki pe lalan pakelakelanganMakna dan Arti Lagu Wo Mangura NgurComing Soon … MiaraSi Luri. Wenang Cita Nuaya. March 17, 2019 · Lagu Daerah Minahasa. Related Videos. 0:46. Wenang Cita Nuaya. 139 views · October 4, 2019 Informasi lirik, arti, makna dan sejarah lagu Se Tedu Matuari, salah satu lagu daerah yang berasal dari provinsi Sulawesi Lagu Se Tedu MatuariJudul Se Tedu Matuari Pencipta Daerah Sulawesi Utara Golongan lagu daerah / lagu wajib daerahLirik Lagu Se Tedu MatuariNiko manembo nembo Pira mo se dimangkoy lako Se tedu matuari riroyor se taweng Sinai we unedSe tedu matuari si taweng nai we uned Ndoon nisia si rendem nearMakna dan Arti Lagu Se Tedu MatuariComing Soon … Provinsiini berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari Sumatera Barat memiliki banyak seniman yang berkecimpung di dunia tarik ArticlePDF Available Abstract“Cultural Meaning in the Lyrics of Minahasa Folk Songs as Local Wisdom” is a result of study that was conducted to get cultural meaning in the lyrics of Minahasan folk songs. The problems of the study are 1 what vocabularies, phrases, clauses, and sentences that can be found in the lyrics of Minahasan folk songs that songs that show local wisdom in Minahasa and 2 what cultural meaning that bore in the lyrics of Minahasan research is aimed to indentify and classify vocabularies, phrases, clauses, and sentences found in the lyrics of Minahasan folk songs that show local wisdom in Minahasa and 2 explain cultural meaning that bore in the lyrics ofMinahasan folk songs. The methods of research that is applied is qualitative descriptive method through the stages of data collecting and analyzing. The data was gathered by technique of observation and interview that then analyzed bysemiotics theory of Pierce and Rifaterre. The result of this research is an explanation on cultural meaning that is bored in the lyrics of Minahasan folk song, such as words, phrases, and sentences as local wisdom. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 229Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan LokalMAKNA BUDAYA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU DAERAH MINAHASA SEBAGAI KEARIFAN LOKALCULTURAL MEANING IN MINAHASAN TRADITIONAL SONGS LYRICS AS A LOCAL WISDOMStephani Johana SigarlakiFakultas Ilmu Budaya Unsrat ManadoJalan Kampus Unsrat Bahu, Manado, Sulawesi UtaraPos-el stephanisigarlaki Meaning in the Lyrics of Minahasa Folk Songs as Local Wisdom” is a result of study that was conducted to get cultural meaning in the lyrics of Minahasan folk songs. The problems of the study are 1 what vocabularies, phrases, clauses, and sentences that can be found in the lyrics of Minahasan folk songs that songs that show local wisdom in Minahasa and 2 what cultural meaning that bore in the lyrics of Minahasan research is aimed to indentify and classify vocabularies, phrases, clauses, and sentences found in the lyrics of Minahasan folk songs that show local wisdom in Minahasa and 2 explain cultural meaning that bore in the lyrics of Minahasan folk songs. The methods of research that is applied is qualitative descriptive method through the stages of data collecting and analyzing. The data was gathered by technique of observation and interview that then analyzed by semiotics theory of Pierce and Rifaterre. The result of this research is an explanation on cultural meaning that is bored in the lyrics of Minahasan folk song, such as words, phrases, and sentences as local cultural meaning, lyrics, local wisdom, MinahasaAbstrak“Makna Budaya dalam Lirik-lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokal” merupakan hasil penelitian yang dilakukan untuk menemukan makna budaya yang terkandung di dalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa. Permasalahan yang diangkat, yaitu 1 kosakata, frasa, klausa, dan kalimat apa saja yang terdapat dalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa yang menunjukkan kearifan lokal di Minahasa dan 2 apa makna budaya yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Minahasa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengidentikasi dan mengklasikasi kosakata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa yang menunjukkan kearifan lokal di Minahasa dan 2 menjelaskan makna budaya yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Minahasa yang menunjukkan kearifan lokal di Minahasa. Metode penelitian yang digunakan, yakni deskriptif kualitatif melalui tahapan pengumpulan data dan analisis data. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan teori semiotika Peirce dan penelitian ini merupakan uraian tentang makna budaya yang terkandung di dalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa, yakni berupa kata, frasa, dan kalimat sebagai kearifan kunci makna budaya, lirik daerah, kearifan lokal, MinahasaPENDAHULUANBerbagai gejala sosial dan budaya yang lahir, baik dalam masyarakat desa maupun kota, baik dalam keluarga ataupun kelompok-kelompok masyarakat dapat dipahami sebagai sastra lisan folklor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sims 2011, folklor hadir dalam berbagai bentuk komunikasi informal, baik berupa teks lisan maupun tulis, tradisi perilaku, ritual, atau benda. Folklor berupa lagu, legenda, lelucon, nama-nama panggilan, makanan, nilai-nilai, tradisi, cara berpikir, dan berperilaku. Folklor 230Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016berupa seni. Folklor adalah tentang manusia dan cara manusia belajar. Folklor membantu kita mengerti tentang kita dan bagaimana membuat di sekitar kita bermakna. Folklor merupakan tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun dan medium yang sangat penting dalam menunjukkan pola pikir masyarakat pemiliknya, yakni dengan 197049 mengemukakan bahwa bahasa dapat menyingkapkan budaya masyarakat dan dapat mengungkap pengetahuan yang didapat dari perilaku sosial. Selanjutnya, melalui bahasa dapat dipahami bentuk pola pikir dari sebuah komunitas masyarakat tertentu, karena bahasa itu mencerminkan pikiran manusia. Banyak hal dapat dipelajari dari warisan-warisan budaya, baik berupa benda peninggalan maupun karya-karya seni lisan, misalnya lagu-lagu daerah, tarian tradisional, cerita rakyat, ungkapan-ungkapan bahasa daerah, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat berguna dalam pembentukan karakter masyarakat masa kini. Bahasa merepresentasikan identitas sebuah suku/etnik. Artinya, ciri bahasa yang dimiliki oleh salah satu kelompok masyarakat akan menentukan suatu penilaian terhadap apa yang disebut dengan etnik, misalnya etnik di Minahasa Kamu, 20123. Minahasa merupakan salah satu suku yang ada di Provinsi Sulawesi Utara yang kaya akan warisan budaya leluhur yang bernilai tinggi, seperti lagu-lagu daerah. Lagu-lagu daerah tersebut lahir sebagai wujud ekspresi diri si pengarang maupun sebagai reeksi zaman di saat lagu itu diciptakan. Lagu-lagu ini dikenal di berbagai pelosok daerah Minahasa dan pada kelompok masyarakat Minahasa yang tinggal di luar tanah Minahasa. Bahkan, kehadiran lagu-lagu daerah ini menjadi perekat persaudaraan sesama kawanua satu daerah asal, baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa judul lagu tersebut, yaitu “Miara si Luri”, “Endo Dimangkoy Lako”, “Luri Wisako”, “Manesel”, “Niko Mokan”, “Wo Mangura-ngura”, “Ayamo”, “Se Tedu Matuari”,”Esa Mokan”, dan “Sa Toro Mama”. Lagu-lagu tersebut memiliki pesan moral yang dalam yang tergambar, baik secara literal maupun simbolis yang menunjukkan kearifan lokal di Minahasa dan merupakan salah satu warisan budaya yang sangat bermanfaat bagi peradaban manusia dewasa ini. Namun, keberadaan lagu-lagu daerah ini dapat dikatakan telah terpinggirkan. Perkembangan zaman seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi telah berpengaruh pada tingginya kecenderungan masyarakat, khususnya generasi muda untuk menyukai berbagai produk asing, termasuk lagu-lagu asing. Lagu-lagu daerah menjadi terabaikan. Seseorang merasa lebih bergengsi apabila ia memfavoritkan lagu-lagu dalam bahasa asing. Fenomena ini telah membuat lagu-lagu daerah menjadi asing di daerahnya sendiri. Pada umumnya, lagu-lagu daerah Minahasa memiliki makna budaya sebagai kearifan lokal yang bernilai tinggi. Kearifan lokal adalah ajaran nilai-nilai hidup yang diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur, baik yang terkandung dalam bentuk material ataupun dalam bentuk verbal dan memiliki makna budaya yang dimengerti oleh masyarakat yang memilikinya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, terdapat dua rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu yang pertama kosakata, frasa, klausa, dan kalimat apa saja yang terdapat 231Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokaldalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa yang menunjukkan kearifan lokal dan yang kedua, makna budaya apa yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Minahasa yang menunjukkan kearifan lokal. Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, terdapat dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu yang pertama untuk mengidentikasi dan mengklasikasi kosakata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa yang menunjukkan kearifan lokal dan yang kedua menjelaskan makna budaya yang terkandung dalam lirik-lirik lagu Minahasa yang menunjukkan kearifan Pustaka1. Tradisi Lisan dan Kearifan LokalTradisi lisan merupakan sebuah proses dan produk-produknya. Produk-produk tersebut berupa pesan-pesan lisan berdasarkan pesan-pesan lisan yang telah ada sebelumnya, paling tidak satu generasi sebelumnya. Prosesnya, yakni transmisi pesan-pesan tersebut dari mulut ke mulut secara berulang-ulang sampai pesan tersebut lenyap. Dalam segala situasi ketika manusia berbicara tentunya membawa pesan yang beberapa di antaranya secara berulang kali dan dengan demikian terjadilah sebuah proses transmisi. Dari pesan-pesan yang disampaikan secara berulang tersebut, para ahli sejarah melihat dua hal penting, yakni komunikasi yang menyampaikan berita dan komunikasi yang mewakili sebuah interpretasi dari situasi yang ada. Berkaitan dengan keaslian pesan ini, tidak semata-mata hanya berkaitan dengan berita, melainkan juga dengan ekspresi-ekspresi pengalaman termasuk di dalamnya ekspresi-ekspresi sastra tentang pengalaman sebagaimana yang muncul dalam seni lisan, misalnya puisi, lagu, ungkapan, dan dongeng yang tergolong dalam kesusastraan yang menunjukkan pengalaman situasi-situasi atau peristiwa yang kontemporer, moral yang dapat dipelajari darinya, atau menunjukkan emosi-emosi yang berkaitan dengan semuanya itu dan pesan-pesan yang ditrasnmisikan dari generasi ke generasi menjadi tradisi lisan. Selanjutnya, dikemukakan bahwa masyarakat lebih gampang mengingat kata-kata dalam lagu karena bantuan dari melodi lagu tersebut Vansina, 19853-46. Lagu-lagu daerah merupakan salah satu bentuk karya sastra produk masyarakat atau yang lebih dikenal dengan folklor atau sastra rakyat. Dalam lagu-lagu daerah terdapat pesan yang dikemukakan secara berulang-ulang dari generasi ke generasi. Istilah folklor pada awalnya muncul untuk menunjukkan karya-karya cerita lisan dan ungkapan-ungkapan para petani di Eropa pada abad ke-19, tetapi kemudian berkembang sebagai tradisi-tradisi lisan sebagai oposisi dari tradisi-tradisi para elite Havilland, 1999418. Karya sastra tradisional merupakan bagian dari tradisi memiliki sebuah interpretasi yang reektif yang terdapat dalam kata-kata. Jenis-jenis formulasi verbal, apakah tradisi lisan, seni verbal, cerita rakyat, dan lain sebagainya memiliki fungsi yang tergantung pada di mana, kepada siapa, dan pada tingkat yang bagaimana, yakni dapat digunakan untuk mempertahankan kekuasaan politis, atau menyerangnya, untuk menunjukkan tradisi atau justru menantangnya, untuk mengejek, propaganda, menunjukkan cinta dan kecantikan, keluhan, impian, skandal, dan lain sebagainya Finnegan, 1992120. Sebagai bagian dalam formulasi verbal, lagu- 232Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016lagu daerah mengandung makna yang dapat menunjukkan kearifan lokal berupa tradisi-tradisi yang kaya akan nilai-nilai budaya yang luhur. Kearifan lokal adalah perangkat pengetahuan pada suatu guyub komunitas, baik yang berasal dari generasi-generasi masa lampau maupun dari pengalamannya berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lain untuk menyelesaikan persoalan atau kesulitan yang dihadapi Djawanai, 2011. Kearifan lokal merupakan kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup way of life yang mengakomodasi kebijakan wisdom, dan kearifan hidup Suyatno, 2016. 2. Makna Budaya Makna budaya merupakan suatu interpretasi yang tipikal terhadap beberapa objek atau peristiwa yang dialami manusia sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman hidup yang sama Strauss, 20016. Geertz dalam Strauss 200113 mengatakan bahwa publisitas budaya, makna dan pikiran tetap konsisten selama bertahun-tahun meskipun ada perubahan dalam model budayanya. Budaya bukan sebuah kekuasaan yang oleh karenanya dapat membuat peristiwa-peristiwa sosial, perilaku, institusi, dan proses dapat ditujukan, melainkan merupakan sebuah konteks tempat hal-hal tersebut tergambar dengan sangat jelas Geertz, 197314. Pesan yang terkandung dalam suatu karya sastra lisan tidak akan terlepas dari pemaknaan yang dilihat dari struktur bahasa yang merupakan hal yang penting dalam penelitian ini. Bahasa dalam sastra merupakan sistem bahasa tingkat kedua yang memerlukan pemaknaan yang lebih dibandingkan dengan bahasa tingkat pertama yang pemaknaannya dapat dipahami sebagaimana apa adanya. Menurut Bloomeld dalam Chaer, 1994, kata merupakan satuan bebas terkecil a minimal free form yang merupakan pengisi satuan sintaksis. Selanjutnya, Chaer mengemukakan bahwa frasa merupakan satuan sintaksis yang berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat di atas kata. Klausa adalah satuan sintaksis berupa kelompok kata berkonstruksi predikat dan kalimat adalah susunan yang merupakan keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan itu. Melalui bahasa dapat diketahui hal-hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Bahasa adalah salah satu bidang yang paling menentukan gagasan dasar etnik Boas dalam Sapir, 1921 dan tidak hanya mencerminkan budaya, melainkan juga mempengaruhi budaya atau di dalam bahasa terkandung makna budaya yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Sebagai alat komunikasi, manusia mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran mereka melalui bahasa. Parera 19901 mengemukakan bahwa apa yang disampaikan oleh seseorang dan apa yang disimak oleh seeorang, apa yang ada dalam otak pembicara, apa yang tertinggal dalam otak pendengar atau pembaca merupakan hal-hal yang bermakna. Bahkan, apa yang tidak diketahui atau tersembunyi di belakang kepala seseorang adalah makna. Suwandi 200857—59 menyatakan bahwa tindak tutur yang dilakukan seseorang dalam proses berkomunikasi pada hakikatnya adalah proses menyampaikan makna. Lebih lanjut dikatakan bahwa makna sebagai perwujudan dalam pembicaraan komponen semantik memang cukup rumit karena makna tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa, tetapi bertalian dengan masalah di luar bahasa, 233Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokalseperti pandangan hidup, budaya, dan tata nilai yang ada dan dimiliki oleh masyarakat pemakai bahasa tersebut. Dengan demikian, melalui ekspresi bahasa, seseorang dapat menemukan gagasan mengenai makna budaya dari masyarakat pengguna bahasa 197317 mengatakan bahwa budaya merupakan sebuah sistem simbol. Dengan demikian, untuk dapat memahaminya dapat dilakukan dengan cara analisis Kajian SemiotikManusia memahami segala sesuatu dalam alam semesta ini melalui tanda-tanda, terlepas dari permasalahan apakah ia menyadarinya atau tidak. Tidak dapat disangkal bahwa jagad raya tempat berlangsungnya kehidupan ini dipenuhi dengan sejumlah tanda yang dimaknai oleh manusia, baik dalam komunikasi dengan orang lain maupun dalam pemahamannya tentang dunia sekitarnya. Tanda memiliki fungsi yang esensial, yaitu membuat sesuatu menjadi esien. Menurut Pradopo 1999, semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda, sudah lahir pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Teori dan metodenya tidak dapat dipisahkan dengan teori strukturalisme. Semiotika mempelajari fenomena sosial-budaya, termasuk sastra sebagai sistem tanda. Tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda dan petanda Preminger dalam Pradopo, 1999. Penanda adalah bentuk formal tanda itu, dalam bahasa berupa satuan bunyi atau huruf dalam sastra tulis, sedangkan petanda adalah artinya, yaitu apa yang ditandai oleh penanda itu. Peirce 195575 mengemukakan adanya tiga keberadaan dalam semesta untuk dapat memahami tentang semiotika. Keberadaan itu, yakni “rstness”, yaitu segala sesuatu yang tidak mengacu pada sesuatu yang lain; keberadaan seperti apa adanya; keberadaan dari kemungkinan yang potensial. Yang termasuk dalam kategori ini, yaitu pengertian sifat yang esensi. Keberadaan yang kedua, yaitu “secondness”, keberadaan yang seperti apa adanya dalam hubungan dengan yang lain dalam relasi dengan yang pertama rst, tetapi tanpa adanya yang ketiga third. Yang termasuk dalam kategori ini, yaitu pengalaman, realitas, apa yang terjadi. Keberadaan yang ketiga adalah “thirdness”, yaitu keberadaan yang terjadi jika yang kedua second berhubungan dengan yang ketiga third, keberadaan pada apa yang berlaku umum. Yang termasuk dalam kategori ini, yaitu kebiasaan, kenangan, sintesa, komunikasi, dan 1955101—115 melihat tanda dalam struktur triadik triadic structure yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan segitiga semiosis yang terdiri dari tanda, benda yang ditandai, dan pemahaman yang dihasilkan dalam pikiran. Terminologi yang digunakan untuk model ini, yaitu representamen, objek, dan interpretan. Representamen adalah sesuatu yang dapat diamati atau yang dapat ditangkap yang menciptakan atau menunjukkan sesuatu yang lain dalam benak seseorang. Objek adalah yang direpresentasikan oleh representamen, sedangkan interpretan adalah interpretasi yang lahir dalam pikiran seseorang sebagai akibat dari representamen. Dalam ilmu tentang tanda yang dikemukakan oleh Peirce, dikenal dengan adanya tipologi tanda, yakni dimulai dengan tiga bentuk keberadaan, tiga klasikasi tanda dan masing-masing memiliki trikotomi. Trikotomi yang pertama, yaitu dari sudut pandang representamen, tanda terbagi atas qualisign kualitas yang ada pada tanda, sinsign keberadaan dari benda atau 234Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016peristiwa, legisign konvensi yang menyatakan tanda. Trikotomi yang kedua, yaitu dilihat dari hubungan representamen penanda dan objek petanda. Terdapat tiga jenis tanda, yaitu 1 ikon, yakni representamen yang hanya memiliki unsur kesamaan atau kemiripan dengan objeknya, 2 indeks, yaitu representamen yang memiliki hubungan kausal dengan objeknya, dan 3 simbol, yaitu representamen yang didasarkan pada konvensi. Trikotomi yang ketiga dilihat dari interpretan. Tanda terdiri atas rhéme tanda yang mengandung kemungkinan, discent tanda yang sesuai kenyataan, dan argument tanda yang menunjukkan kebenaran atas dasar konvensi.Pradopo 1999 mengemukakan bahwa metode semiotik dalam pemaknaan sastra berupa pencarian tanda-tanda yang penting sebab keseluruhan sastra itu merupakan tanda-tanda, baik berupa ikon, indeks, atau simbol. Selanjutnya, karena tanda-tanda itu mempunyai makna berdasarkan konvensi, memberi makna itu mencari konvensi-konvensi apa yang menyebabkan tanda-tanda itu mempunyai arti atau makna. Lirik-lirik lagu daerah memiliki sejumlah tanda yang perlu dimaknai. Meskipun menghadapi kenyataan yang paradoks, sebagai sebuah bentuk sastra lisan, lagu-lagu ini memiliki kemiripan bentuk dengan puisi. Lirik-liriknya ditulis dalam baris dan stanza. Dalam Semiotics of Poetry, Rifaterre mengemukakan terdapat ekspresi tidak langsung yang disebabkan oleh tiga hal, yakni 1 penggantian arti displacing of meaning yang disebabkan oleh metafora dan metonimi, 2 pemencongan arti distorting of meaning yang disebabkan oleh ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense, dan 3 penciptaan arti creating of meaning yang disebabkan oleh pengorganisasian ruang teks, di antaranya enjambemen, sajak, tipogra, dan homologu Pradoppo, 1999. METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu deskriptif kualitatif dengan melalui tahapan sebagai berikut1. Pengumpulan dataMetode pengumpulan data dalam objek materi yang berupa lirik-lirik lagu daerah Minahasa dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara bebas. Observasi dilakukan di beberapa daerah etnis Minahasa, yakni Tonsea, Tombulu, Tontemboan, Tolour, dan Tonsawang. Lima daerah tersebut merupakan sub-subetnis di Minahasa yang memiliki bahasa daerah masing-masing Merrield dan Salea, 19962 Kemudian, melakukan wawancara bebas dengan beberapa informan. Kategori informan yang digunakan dalam metode ini, yaitu para tetua adat tokoh-tokoh masyarakat yang berusia di atas 60 tahun. Pengumpulan data juga dilakukan melalui observasi kepustakaan dengan menggunakan fasilitas jejaring internet maupun dari buku-buku Analisis dataAnalisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain dan untuk meningkatkan pemahaman tersebut dilanjutkan dengan upaya pencarian makna Muhadjir, 2000142. Untuk menganalisis makna budaya yang terkandung dalam lirik-lirik lagu daerah Minahasa dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, yakni menggambarkan makna atau fenomena bahasa yang didapat dari hasil pengumpulan data 235Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokalberdasarkan bukti-bukti yang ada Ali, 1992. Data yang diperoleh melalui observasi partisipan dan wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Peirce dan Riffaterre. Analisis ini difokuskan pada hubungan trikotomi yang dikemukan Peirce, yakni trikotomi yang berdasarkan representamen, objek, dan interpretan dengan melihat ketaklangsungan eksperesi Riffaterre yang terdapat dalam lirik-lirik lagu tersebut untuk menggali makna budaya sebagai kearifan lokal masyarakat Minahasa. PEMBAHASANMakna budaya yang terdapat pada lagu-lagu Minahasa, seperti “Miara si Luri”, “Endo Dimangkoy Lako”, “Luri Wisako”, “Manesel”, “Niko Mokan”, “Wo Mangura-ngura”, “Ayamo”, “Se Tedu Matuari”, ”Esa Mokan”, dan “Sa Toro Mama” dapat ditemukan dengan cara mencari tanda-tanda yang penting yang terdapat dalam lirik-lirik lagu dan kemudian dianalisis maknanya dengan menggunakan analisis semiotik. Analisis ini menekankan perhatian pada objek yang dikemukakan oleh Peirce dan ketaklangsungan ekspresi yang terdapat dalam lirik-lirik lagu tersebut untuk menemukan makna budaya sebagai kearifan lokal masyarakat daerah Minahasa yang tersebut semuanya berasal dari subetnik Tonsea. Meskipun demikian, lagu-lagu tersebut dikenal bukan hanya di kalangan masyarakat subetnik Tonsea saja. Sejauh temuan yang diperoleh pada saat observasi lapangan, lagu-lagu ini diterima dan diakui sebagai milik orang Minahasa tanpa mempermasalahkan bahasa yang digunakan dalam lagu tersebut yang agak berbeda dengan beberapa subetnik yang ada di Minahasa. Hal ini menunjukkan bahwa lagu-lagu daerah tersebut sesungguhnya memiliki makna budaya yang tidak diterima sebagai warisan sub-subetnik tertentu, melainkan masyarakat Minahasa sebagai satu lagu ini memiliki bentuk puitis sehingga untuk memahami makna budaya perlu memahami arti lagu-lagu ini secara apa adanya. Oleh karena itu, berikut ini dipaparkan lirik lagu, terjemahan haraah, parafrasa setiap “Miara si Luri”Lirik lagu Terjemahan haraahSa ko miara si luriPiaranu sia leo-leosenLeo-leosenu siaWo sia lalei, lalei wia nikoSa sia lewo-lewoenSi gampang uman tumelew kariaNi’tumo meki-mikirlahSa niko miara si luriSako miara si luri piaranu sia leo-leosen wo laley wia nikolewo-lewoen si gampang uman tumelew karia ni’tumo miki-mikirlah sa niko jika kau memelihara itu burung nuri peliharalah dia sebaik-baiknya agar betah padamu diperlakukan tidak baik dengan mudah terbang teman itulah sebabnya, harus berpikir panjang jika kamu 236Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016Miara si luri berarti memelihara si burung nuri. Lagu ini mengisahkan pesan yang diberikan oleh seseorang bagaimana cara yang baik memelihara burung nuri. Dia harus dipelihara dengan baik agar dia betah tinggal dengan sang empunya burung tersebut. Sebaliknya, jika sang empunya tidak menghiraukan dia, maka dia pun akan terbang. Itulah sebabnya berpikir yang matang apabila ingin memelihara si burung nuri. Baris terakhir merupakan penegasan dari pesan lirik lagu ini ditemukan kata luri. Kata ini muncul dua kali, yakni pada baris pertama dan terakhir. Luri adalah sebutan dalam bahasa Tonsea untuk burung nuri. Kata ini merupakan sebuah ikon yang menunjukkan salah satu jenis burung yang cantik, tidak terlalu besar, tetapi cukup menarik perhatian karena warnanya yang memukau. Dikatakan dalam lagu ini bahwa jika menginginkan agar burung ini tidak terbang meninggalkan sang empunya, maka dia harus memelihara burung tersebut dengan baik; jangan diabaikan karena dia akan terbang yang dikemukakan Riffaterre bahwa ketaklangsungan ekspresi terjadi karena tiga hal, salah satunya adalah penggantian arti. Dalam konteks ini, terlihat ekspresi yang tidak langsung. Dalam lirik lagu “Miara si Luri” terdapat penggunaan bahasa kiasan, yakni metafora dan alegori. Luri merupakan sebuah tanda yang digunakan untuk menggantikan arti istri. Sebuah pesan untuk memelihara burung luri merupakan sebuah pesan alegoris yang menunjukkan makna bagaimana cara untuk memperlakukan seorang istri, yakni dengan cara memperlakukannya dengan sebaik-baiknya agar dia akan terus bertahan. Masyarakat Minahasa memperlakukan wanita dengan sangat hormat sehingga dia tidak boleh disakiti. Wanita Minahasa merupakan sosok yang kehadirannya dalam keluarga sangat penting. Frasa si gampang uman tumewel mau mengatakan, jika wanita tidak diperlakukan dengan sebaik-baiknya, maka dia pun akan dengan mudah meninggalkanmu. Pada baris terakhir pada kalimat ni’tumo miki-mikirlah sa niko miara si luri merupakan sebuah indeks yang mengandung makna budaya yang bernilai tinggi; sebuah penegasan bagaimana seorang pria harus dengan matang mempersiapkan diri, baik secara material maupun spiritual untuk berencana memiliki seorang istri, memperlakukannya dengan sebaik-baiknya agar jangan sampai dia terluka oleh perbuatan yang tercela dari suaminya dan mengakibatkan dia keluar dari rumah dan kembali ke rumah orang “Endo Dimangkoy Lako”Lirik lagu Terjemahan haraahEndo dimangkoy lakoKurangkumo nikoKita dua ma leo-leosan gumenang aduh sayangEndo dimangkoy lako Kurangkumo niko Kita dua maleo-leosan gumenang aduh sayang hari telah lewat akan kuapakan kau apalah daya kita berdua selalu baik mengenang aduh sayang 237Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan LokalEndo wo mbengi aku ika genangSa mawuri aki mbanuaNi’tumo MinahasaTeakan pa liurenkuEndo dimangkoy lakoKurangkumo nikoSa matau nate dai ma senangGumenang adu sayangEndo wo mbengi aku ikagenang sa mawuri aki mbanua ni’tumo Minahasateakan pa liurenku Endo dimangkoy lakokurangkumo niko samatau nate dai masenang siang dan malam aku teringat jika pulang di kampung, itulah Minahasa takkan kulupakan hari yang berlalu bagaimana lagi denganmu jika tahu hati takkan bahagia Endo dimangkoy lako berarti hari yang telah berlalu. Lagu ini mengisahkan dua orang kekasih yang awalnya saling menyayangi, tetapi pada akhirnya harus berpisah. Si aku lirik mengenang hari-hari yang indah ketika mereka masih saling menyayangi. Siang dan malam si aku lirik terkenang akan tempat kelahirannya Minahasa yang takkan terlupakan, tetapi dia menyesalinya karena telah sakit endo merupakan sebuah ikon yang menunjukkan hari. Endo dimangkoy lako hari yang telah berlalu merupakan metafora yang menggantikan arti kenangan di masa silam. Kenangan itu tentang masa-masa yang indah yang ditunjukkan oleh frasa simbolik kita dua maleo-leosan yang diterjemahkan secara haraah “kita berdua selalu baik”. Kata Maleo-leosan merupakan sebuah argumen. Berdasarkan konvensi oleh orang Minahasa, kata ini tidak hanya berarti baik atau selalu baik, melainkan memiliki arti yang lebih dalam dan mulia, yakni memiliki hubungan yang saling menyayangi, saling peduli, saling mendukung, saling menghargai, dan saling membantu. Makna ini juga terlihat pada lagu “Miara si Luri” dalam frasa leo-leosenu niko apalah daya merupakan sebuh frasa indeksikal yang menunjukkan sebuah penyesalan. Makna ini ditunjukkan oleh kata gumenang mengenang dan frasa gumenang aduh sayang apa gunanya menyesali. Dalam konteks ini, si aku lirik tidak hanya mengenang pengalaman yang sudah berlalu, tetapi juga tersirat makna penyesalan karena telah meninggalkan tanah Minahasa. Bahkan, penyesalannya semakin besar karena telah meninggalkan orang yang dikasihinya, yaitu seorang kekasih orang indeksikal yang juga menunjukkan makna penyesalan ini terlihat pada sa matau nate dai ma senang jika tahu hati tidak akan bahagia. Frasa ini menunjukkan bahwa si aku lirik tidak bahagia. Kata nate hati merupakan sebuah ekspresi yang tidak langsung yang menggantikan arti “diri” melalui penggunaan metonimi. Kenangan itu sangat kuat sehingga menyebabkan si aku lirik tidak bahagia. Dari pembahasan di atas menunjukkan makna budaya sebagai kearifan lokal masyarakat Minahasa, yaitu mereka sangat mencintai kampung halaman. Ke mana pun mereka pergi pasti teringat akan kampung halaman dan akan selalu ingin kembali ke Minahasa. Berpisah dengan saudara-saudara orang Minahasa akan menyebabkan ketidakbahagiaan. 238Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 20163. “Luri Wisako”Lirik lagu Terjemahan haraahLuri wisako, Luri wo dumedenei Luri kayu jati, Luri rerendemenDimangkoy urendem, rendemku wianiko Maan mena numa, tunduan uman puti, taan sinujian Taan sinujian, ungarantaduaLuri wisako luri wo dumedeneyluri kayu jatiLuri rerendemen dimangkoy u rendem rendemku wia niko maan mena numa tunduan unlenso lenso uman puti taan sinujianUngaranta dua Luri di mana kau, luri dari mana kau terbang luri kayu jati luri kesayangan melebihi sayang sayangku kepadamu walaupun di kebun diikuti/dibawakan/dikirimi sapu-tangan sapu-tangan berwarna putih tapi dibordir nama kita berdualenso. Kata ini memiliki makna ikonik dan argumen. Secara ikonik, kata ini merujuk pada sehelai kain berbahan katun yang berukuran 30 x 30 cm atau dalam ukuran yang lebih kecil yang berfungsi sebagai asesoris pakaian baik pria dan wanita yang dalam Bahasa Indonesia disebut “sapu tangan”. Secara konvensional, kata lenso uman putih sapu tangan berwarna putih dan dipertegas oleh frasa taan sinujian ungaranta dua tetapi ada bordiran nama kita berdua dalam konteks lagu ini dimengerti bahwa hubungan yang terjalin antara pria dan wanita memiliki ikatan pertunangan. Dengan menyimpan sapu tangan berwarna putih yang ada bordiran nama kedua insan itu menunjukkan bahwa ikatan mereka sudah direstui oleh orang tua dan kerabat. Selain kata lenso, pada bait pertama lagu ini terdapat frasa luri kayu jati. Pada frasa ikonik luri kayu jati ini merujuk pada burung nuri yang senang bertengger di pohon jati. Pohon jati sendiri merupakan sebuah ikon yang merujuk pada pohon kayu jati yakni Luri wisako berarti di manakah kau burung Luri? Lagu ini menceritakan burung luri yang suka bertengger di pohon kayu jati pohon termewah. Burung tersebut sangat disayangi oleh si aku lirik. Bahkan, perasaan sayang itu sangat besar sehingga meski si burung berada di kebun, si aku lirik akan membawakan sapu tangan berwarna putih yang memiliki bordiran nama mereka luri sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya dalam lagu “Miara si Luri” merupakan sebuah ikon yang menujukkan sejenis burung yang menawan yakni burung nuri. Ada sedikit perbedaan antara ikon luri dalam lagu “Miara si Luri” dan dalam lagu “Luri Wisako”. Perbedaan itu sebenarnya merupakan akibat dari ekspresi tidak langsung yang digunakan untuk menggantikan arti. Perbedaan makna ini pada dasarnya dipengaruhi oleh kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam lirik-lirik kedua lagu tersebut. Dalam lagu “Luri Wisako”, terdapat kata 239Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokalkayu yang mahal karena biasa digunakan untuk membuat mebel dengan kualitas yang sangat baik dan mewah. Dengan demikian, ikon luri pada lagu ini menggantikan arti seorang kekasih gadis.Dalam lagu ini juga terdapat frasa luri rerendemen luri kesayangan, dimangkoy u rendem terlalu sayang, rendemku wia niko sayangku kepadamu, ma’an mena numa, tunduan unlenso meskipun di kebun, pasti selanjutnya yaitu makagenang-genang tuminggal si mama, makagenang-genang tuminggal si papa, terlebe-lebe tuminggal se karia merupakan pesan yang sangat jelas yang ditujukan kepada pendengar, yaitu supaya mempertimbangkan dengan matang untuk meninggalkan orang tua dan teman-teman. Meninggalkan orang tua dan teman-teman dalam konteks ini bukan hanya untuk sementara waktu dengan alasan merantau, tetapi memiliki makna yang lain. Pada frasa selanjutnya lebe-lebe pe tuminggal ngkamudaan merupakan sebuah indeks. Frasa ini menandakan bahwa si aku telah kehilangan masa mudanya sehingga dia berpesan kepada pendengar agar pikirkan dengan matang sebelum sapu tangan. Frasa-frasa ini merupakan indeks yang menunjukkan bahwa luri itu pastilah sangat berharga sehingga sangat dicintai. Makna yang ditunjukkan dari frasa-frasa indeksikal tersebut telah dikemukakan dalam ikon luri kayu jati dan luri rerendemen yang menggantikan arti “seorang gadis cantik yang bermartabat karena itu dia sangat dicintai”.4. “Manesel”Lirik lagu Terjemahan haraahmanesel wo kumurape aduh sayang Tare manesel aduh sayang, minejadi moMekagena-genang tuminggal si mama sayangMekagena-genang tuminggal si papaTerlebe-lebe tuminggal ngkemudaanLebe-lebe pe tuminggal sekariamanesel wo kumurape tare manesel minejadimo makagenang-genang tuminggal si mama si papa terlebe-lebe ngkemudaan lebe-lebe pe sekaria menyesal mau apalagi baru menyesali sudah terjadi Pikirkan dengan matang meninggalkan mama papa terlebih-lebih masa muda terlebih teman-temanManesel berarti menyesal. Lagu ini mengisahkan penyesalan yang tiada gunanya karena meskipun ada penyesalan, tetapi sudah terlambat. Dalam lagu ini mengandung pesan, yakni berpikirlah dengan matang jika ingin meninggalkan orang tua bahkan meninggalkan teman-teman dan masa bait pertama lagu ini terdapat kata manesel menyesal, frasa tare manesel aduh sayang baru menyesal, sayang sekali dan kata minejadimo sudah terjadi. Kata dan frasa ini merupakan indeks yang menujukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi di masa lalu sehingga si aku menyesalinya. Kalimat-kalimat perintah pada bait 240Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 20165. “Niko Mokan”Lirik lagu Terjemahan haraahNiko mokan sigumenanglah Saaku lewo wia niko Katerango niendo katerango nateku Maesaan no kita dua royorNiko mokan sigumenanglah Tarendemku Wianiko Tea Liu-Liuren Kalelepat Unlenso Pinantikan Ngaranta Dua RoyorGenang genango lah, si timarendem wia niko Sa ’aku lewo wia niko, niko mokan sigumenanglah Paloyanan pa’esaan, weta si timarendemannuNiko mokan sigumenanglah saaku lewo wia niko katerango niendo katerango nateku maesaan no kita dua royor tarendemku tea liu-liuren kelelepet unlenso pinantikan ngaranta dua royor gena-genangolah Si timarendem sa aku lewo wia niko iko mokan sigumenanglah paloyanan paesaan weta si timarendemanu kamu saja mengingat/mengenang, jika aku jahat padamu seterang matahari/bulan seterang hatiku bersatulah kita berdua sayang perkataanku jangan lupa selipatan sapu-tangan bertuliskan nama kita berdua sayang ingatlah yang berbicara padamu jika aku jahat padamu Kau sajalah yang mengenang apa yang telah terjadi kesepakatan seharusnyaorang yang berbicara kepadamudan seumpama si aku jahat kepadanya biarlah si dia saja yang tahu apakah itu bait pertama lagu ini terdapat kata endo sebuah ikon yang merujuk pada siang hari dan nate yang merujuk pada hati. Frasa katerango ni endo dan katerango nateku merupakan ekspresi tidak langsung dengan menggunakan metafora untuk membandingkan kejujuran hati si aku dengan terangnya siang hari. Dengan menggunakan metafora ini, kejujuran si aku merupakan satu hal yang pasti. Sama pastinya dengan terang di siang hari yang meskipun ada awan mendung yang menutupi langit tetap terlihat mokan berarti kaulah saja. Lagu ini mengisahkan curahan hati si aku yang mengungkapkan bagaimana perasaan dan perlakuannya. Bait yang pertama menceritakan bagaimana si aku menyerahkan sepenuhnya penilaian itu kepada si dia saja. Si aku menggambarkan hatinya seterang sang mentari dan memohon agar mereka segera bersatu. Pada bait kedua si aku lirik mengungkapkan begitu besar cintanya kepada si dia dan memohon agar tidak melupakan sapu tangan yang mereka lipat dan yang tertera nama mereka berdua. Pada bait yang ketiga si aku lirik berharap agar si dia selalu mengingat si aku yang sangat menyayanginya 241Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan LokalDalam lagu ini juga ditemukan kata lenso yang merupakan ikon yang sama dengan yang terdapat dalam lagu “Luri Wisako” seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Selain itu, terdapat kalimat tea liu-liuren kadedepet unlenso pinantikan ngaranta dua royor. Kalimat ini merupakan indeks yang menunjukkan bahwa sapu tangan yang telah tertera nama mereka berdua telah menjadi pengikat antara si aku dan “Wo Mangura-ngura”, Lirik lagu Terjemahan haraahWo mangura-ngura si kaleongku Wo mangesa-ngesa aki tana dou Wo mangesa-ngesa aki tana dou wo’ mamiki-mikir lalan kelangan Ta’an kumuramo si kaleongku Wo’ aki pe lalan pakela-kelanganWo’mangura-ngura si kaleongku wo’mangesa-ngesa aki tana dou wo’mamiki-mikir lalan kelangan taan kumuramo si kaleongku wo’akipe lalan pakela-kelangan bagaimana gerangan keadaan teman bermainku mungkin sendirian di negeri orang mungkin sedang memikirkan jalan kehidupan tapi apalah daya teman bermainku barangkali di jalan jalanan tempat orang-orang berjalanWo Mangura-ngura berarti sedang apakah? Lagu ini berkisah tentang si aku yang selalu memikirkan dan mengkhawatirkan si teman bermainnya. Si aku bertanya-tanya apakah si dia hanya sendirian saja di perantauan. Mungkin si dia tengah merenung dan memikirkan jalan kehidupannya yang belum lagu ini terdapat kata kaleongku. Kata ini merupakan sebuah ikon yang merujuk pada sosok yang sangat dekat dengan si aku. Kata ini merupakan sebuah ekspresi yang tidak langsung yang menggunakan bentuk metonimi yang menggantikan arti ”teman hidup”. Tanah dou, lalan kelangan, dan pakela-kelangan merupakan frasa ikonik. Tanah dou merujuk pada daerah yang jauh dan berarti “perantauan”. Jika dilihat hubungan dari frasa tanah dou pada baris sebelumnya wo’ mangesa-ngesa aki pe tanah dou, maka lalan kelangan merupakan frasa ikonik metaforis yang merujuk pada jalan dan menggantikan arti “kehidupan”. Frasa pakela-kelangan merujuk pada jalanan tempat orang-orang berjalan.Tanah dou merupakan argumen. Laki-laki Minahasa sangat dikenal dengan orang yang suka merantau untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dengan tujuan agar kehidupan ekonomi keluarga lebih meningkat. Berdasarkan makna yang ditunjukkan melalui konvensi tersebut lalan kelangan dalam konteks ini menyangkut upaya untuk memiliki ekonomi yang lebih baik. Wo’ mamiki-mikir lalan kelangan merupakan sebuah frasa ikonik yang menggunakan metafora dan menunjukkan kekhawatiran si aku yang memikirkan teman hidupnya yang mungkin sedang bingung memikirkan kehidupan,. sedangkan frasa wo’ aki pe lalan pakela-kelangan tidak menggunakan bentuk metafora. Frasa ini berbentuk indeks karena berkaitan dengan frasa pada baris sebelumnya ta’an kumuramo si kaleongku. Frasa ini menunjukkan bahwa teman hidup si aku sedang dalam kesulitan. Si aku sangat mengkhawatirkan teman hidupnya yang mungkin sedang di jalanan belum memiliki kepastian apakah dia sudah mendapatkan 242Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus uraian ini, makna yang dapat dimengerti yaitu bahwa laki-laki Minahasa memiliki harga diri dan tanggung jawab yang tinggi atas keluarganya. Mereka akan berjuang untuk keluarga mereka. Selain itu, makna yang ditunjukkan oleh lagu ini, yaitu kecintaan dan kesetiaan seorang “Ayamo”Lirik lagu Terjemahan haraahAyamo keke’ ayamoTadinganu si ko’ko’ mangukukkoAyamo kalo ayamoEleken si endo rimesikkoMeimo e karia lumaya’-laya’peNu tare kita wia kampe u reghe-reghesanEsaman genang esa tarendemMale’o-le’osanAyamo keke’ ayamoE tumoodo keke’ ayamoAyamo kalo ayamoE semaayang se dumintasoMaimo e karia lumaya’-laya’peNu tare kita wia kampe u reghe-reghesanEsaman genang esa tarendemMale’o-le’osanAyamo.......Ayamo.......keke’ ayamo.....ayamo keke tadinganu siko’ko mangukuko kalo eleken si endo rimesiko meimo e karia lumaya’ laya’ pewia kampeu rege-regesan esaman genang esa tarendem maleo-leosan tumoodo semaayang se dumintaso sudah subuh sapaan sayang untuk gadis kau dengar ayam jago berkokok sapaan sayang untuk pria lihat sang surya terbit mari kawan bergembira masih berada di dunia hanya satu hati satu kata hidup harmonis bangunlah para pekerja akan bergegasAyamo berarti sudah subuh. Lagu ini merupakan sebuah perintah. Bait pertama merupakan perintah kepada seorang gadis untuk segera bangun karena sudah dini hari. Ayam sudah berkokok dan perintah kepada sang perjaka untuk segera bangun karena mentari sudah mulai menampakkan sinarnya. Bait kedua merupakan ajakan untuk bersyukur dan bergembira karena kita masih hidup atau masih berada di dunia. Oleh karena itu, kita harus satukan hati untuk saling dan tadingan si ko’ko’ mengukuko merupakan kata dan frasa indeksikal yang menunjukkan saatnya untuk mulai bekerja karena sudah dini hari. Frasa eleken si endo rimesiko juga merupakan suatu indeks yang menunjukkan saatnya untuk bergegas karena matahari mulai menampakkan sinarnya. Beberapa ikon juga terdapat dalam lagu ini, yaitu e se maayang se dumintaso yang menunjukkan sekelompok orang yang mulai bergegas; u reghe-reghesan merupakan ikon metaforis yang menggantikan arti “dunia”. Berdasarkan interpretan, konteks dalam lagu ini merupakan argumen. Makna yang ditunjukkan berdasarkan kebiasaan orang Minahasa, yaitu semangat bekerja dan mapalus. Ketika hari sudah subuh, para wanita sudah 243Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokalbangun dan mulai mempersiapkan makanan dan membereskan rumah, sedangkan para pria mulai mempersiapkan segala kebutuhan pekerjaan mereka. 8. “Se Tedu Matuari”, Lirik lagu Terjemahan haraahNiko manembo nembo Piramo sedimangkoy lako Setedu matuari riroyor sitaweng sinaiwe unedSe tedu matuari sitaweng naiwe uned Ndoon nisia sirendemen nearniko manembo-nembo piramo sedi-mangkoy lako setedu matu-ari royor si taweng sinaiwe uned ndoon nisia serendemen near engkau menengok ke bawah, sudah berapa yang lewat adalah tiga bersaudara yang bungsu ditempatkan di tengah, dia sayang, yang mereka sayangiSe tedu matuari berarti si tiga bersaudara. Lagu ini mengisahkan percakapan dua orang yang melihat tiga orang bersaudara yang lewat di bawah. Tiga bersaudara itu saling menyayangi dan terutama yang peling kecil yang paling mereka lagu ini terdapat frasa indeksikal. Niko manembo-nembo, piramo se dimangkoy lako merupakan indeks yang menunjukkan bahwa ada seseorang yang sedang menengok ke bawah. Hal itu berarti dia sedang berada di suatu tempat yang tinggi. Yang satu lagi berada di tempat yang lain dan bertanya kepadanya ada berapa orang yang dilihatnya melewati jalan yang berada di bagian bawah. Mereka melihat tiga orang bersaudara dan yang bungsu mereka tempatkan di tengah si taweng naiwe uned. Frasa ini dipandang dari interpretan merupakan sebuah rheme yang menandakan bahwa mereka sangat menyayangi si bungsu sehingga mereka menjaganya dengan sebaik-baiknya. Berjalan dengan cara menempatkan si bungsu di tengah memberi makna mereka akan melindunginya. Dengan demikian, makna budaya yang ditunjukkan dalam konteks lagu ini, yaitu cinta kasih persaudaraan. Orang Minahasa sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan yang saling peduli, membantu dan melindngi satu dengan yang lain, teristimewa kepedulian dari kakak kepada adiknya. 9. ”Esa Mokan”Lirik lagu Terjemahan haraahEsa mokan genangku wia niko Tea mo madua-dua genang e karia Mengale ngale uman wia si Opo Waidan Pakatuan pakalawiden kita nu waya Mengale ngale uman wia si Opo Wailan Pakatuan pakalawiden kita nu wayaesa mokan genangku tea mo madua-dua genang e karia mengale-ngaley uman wia Opo Waidan pakatuan pakalawidenkita nuwaya hanya satu pikiranku/perasaanku janganlah mendua perasaan teman berharap hanya kepada Maha Murah umur panjang kita semua 244Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016Esa Mokan berarti hanya satu. Lagu ini berkisah tentang perasaan si aku yang tidak mendua hanya untuk kekasihnya seorang. Dalam lagu ini juga mengungkapkan harapan akan kesetiaan dari kekasihnya. Harapan tersebut diungkap dalam doa kepada Tuhan yang Maha Kuasa agar mereka berdua langgeng lagu ini keseluruhan kata dan frasa merupakan simbol. Makna yang terkandung merupakan makna yang sebenarnya; makna legisign. Apa yang terungkap dalam parafrasa lagu ini merupakan makna sesungguhnya. 10. “Sa Toro Mama”. Lirik lagu Terjemahan haraahSatoro mama teamo manusa-nusaNiakuweta, dai sikurang apa-apaMaan nyaku dou mo wombanuaDaipela aku ndoon womina dupamoEndo wombengi aku ikagenangSiina wo siama wo sekatuariNi sera suatokan yo ikagenangeSawisa aku mawuri dai petare katudusatoro mama teamo manusa-nusa niaku wetadai si kurang apa-apamaan nyakudou mowo mbanuadaipelakoaku ndoonwo mina dupamoendo wo mbengiaku ikagenangsi ina wo si amawo sekatuarini sera suatokan yoikagenange sawisaaku mawuridaipe tare katudu bolekah mama tidak usah bersedih aku sekarang tidak berkekurangan, sekalipun aku telah jauh, dari kampung halaman belum pernah aku lalu melupakan kamu siang dan malam aku teringat ibu dan bapak dan saudara-saudara mereka bagaimana gerangan ingat kapan, aku pulang belum diketahuiSa toro mama berarti kalau bisa mama. Lagu ini berisikan curahan hati si aku yang berada di rantau. Dia menenangkan hati ibunya dengan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Meskipun dia sudah jauh dari desanya, dia tidak mungkin melupakan kenangan di sana. Siang dan malam dia teringat akan mama dan papanya juga keluarga besarnya. Si aku berharap agar mereka juga merindukannya karena dia belum mengetahui kapan dia akan halnya dengan lagu “Esa Mokan Genangku”, keseluruhan kata dan frasa dalam lagu ini memiliki makna legisign apa adanya. Namun, dari konteks lagu, makna yang diperoleh, yaitu orang Minahasa tetap selalu mengingat kampung halamannya tempat orang tua dan sanak saudara DAN REKOMENDASIDalam penelitian ini ditemukan kata, frasa, dan kalimat yang merupakan kearifan lokal di Minahasa dan memiliki makna budaya yang sangat bernilai, yakni yang menunjukkan bagaimana pola pikir masyarakat Minahasa dalam menjalani kehidupan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, dan bagaimana menjalin 245Stephani Johana SigarlakiMakna Budaya dalam Lirik-Lirik Lagu Daerah Minahasa sebagai Kearifan Lokalhubungan yang harmonis dengan sesama. Lagu-lagu daerah Minahasa merupakan kearifan lokal yang kehadiran mereka memberikan arti. Dalam lirik-lirik lagu daerah tersebut terdapat kata, frasa, dan kalimat yang merupakan kearifan lokal dan memiliki makna budaya yang bernilai luhur. Dalam lagu“Miara si Luri”, kata, frasa maupun kalimat-kalimat di dalamnya dapat menunjukkan makna budaya masyarakat Minahasa mengenai bagaimana membentuk sebuah keluarga, yakni melalui sebuah perkawinan yang direncanakan dengan matang. Dalam lagu “Endo Dimangkoy Lako”, kata, frasa, dan kalimat di dalamnya yang merupakan kearifan lokal Minahasa menunjukkan makna budaya, yakni orang Minahasa sangat menjunjung tinggi hubungan kekeluargaan yang dilandaskan saling menyayangi, saling peduli, saling mendukung, saling menghargai, dan saling membantah. Selain itu, terungkap makna bahwa orang Minahasa sangat mencintai kampung halaman. Dalam lagu Luri Wisako, makna yang ditunjukkan dari kata, frasa maupun kalimat menunjukkan penghargaan laki-laki Minahasa terhadap perempuan yang menjadi lagu Manesel; kata, frasa, dan kalimat menunjukkan penyesalan. Makna budaya yang terkandung dalam lagu ini, yaitu sebuah pesan agar mempertimbangkan dengan matang untuk meninggalkan orang tua dan teman-teman apalagi meninggalkan masa lagu Niko Mokan; kata, frasa, dan kalimat di dalamnya menunjukkan makna kejujuran hati yang diibaratkan seperti terangnya siang lirik lagu “Wo Mangura-ngura” kata, frasa dan kalimat di dalamnya mengandung makna bagaimana laki-laki Minahasa suka merantau untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dengan tujuan agar kehidupan ekonomi keluarga lebih meningkat dan menunjukkan kecintaan yang dalam terhadap kekasih yang merantau. Dalam lagu “Ayamo” kata, frasa maupun kalimat di dalamnya menunjukkan makna budaya, yaitu semangat bekerja orang Minahasa. Selain itu, lagu ini menunjukkan etos kerja orang Minahasa yang didasarkan pada semangat gotong-royong atau lagu “Se Tedu Matuari”, makna budaya yang ditunjukkan dalam konteks lagu ini, yaitu cinta kasih persaudaraan. Orang Minahasa sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan yang saling peduli, membantu, dan melindungi satu dengan yang lain, teristimewa kepedulian dari kakak kepada lagu ”Esa Mokan” keseluruhan kata dan frasa merupakan simbol. Makna yang terkandung merupakan makna yang sebenarnya; makna legisign. Apa yang terungkap dalam parafrasa lagu ini merupakan makna sesungguhnya. Begitu juga dalam lirik lagu “Sa Toro Mama” keseluruhan kata dan frasa dalam lagu ini memiliki makna legisign apa adanya. Namun, dari konteks lagu, makna yang diperoleh, yaitu orang Minahasa selalu mengingat kampung halaman tempat orang tua dan sanak saudara tinggal. 246Kadera Bahasa Volume 8 No. 2 Edisi Agustus 2016DAFTAR PUSTAKAAli, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Yogyakarta A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta PT Rineka J. ed.. 1955. Philosophical Writings of Peirce. New York Dover Publications, S. 2011. “Sumbangan Etnolinguistik bagi Kemanusiaan.” Makalah. Disajikan pada Program Pascasarjana Bidang Etnolinguistik, Univrsitas Sam Ratulangi R. “The How of Literature”. online tanggal 4 September 2016-. 2005. Oral Traditions and the Verbal Arts. The Taylor & Francis C. 1973. The Interpretation of Cultures. USA Basic Books, W. A. 1999. Cultural Harcourt Brace & V. 2012. “Ungkapan Bahasa Bermakna Budaya dalam Tradisi Sumolo Etnik Tontemboan”.Thesis. Pascasarjana Unsrat 1970. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta S. dan Salea, M. 1996. North Sulawesi Language Survey. Dallas The Summer Institute of N. H. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yokyakarta Rake J. D. 1990. Teori Semantik. Jakarta R. Dj. “Semiotika, teori, metode dan penerapannya dalam pemaknaan sastra”. Online 12 Oktober 2016Riffaterre, M. 1978. Semiotics of Poetry. London Indiana University Pess. Sapir, E. 1921. Language An Introduction to Study of Speech. New York Harcourt, Brace and M. C. 2011. Living Folklor An Introduction to the Study of People and their Traditions. USA Utah State University J. P. 2007. Metode Etnogra. Yogyakarta Tiara C. 2001. A Cognitive Theory of Cultural Meaning. United Kingdom Cambridge University S. 2008. Serba Linguistik. Surakarta LPP UNS Press.Suyatno, S. “Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan”. online tanggal 23 Juli 2016 Vansina, J. 1985. Oral Tradition as History. Madison, Wisconsin The University of Wisconsin Press. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Claudia StraussNaomi QuinnPart I. Background 1 Introduction 2. Anthropological resistance 3. Schema theory and connectionism 4. Two properties of cultures 5. Three further properties of culture Part II. Practice and Possibilities 6. Research on shared task solutions 7. Research on the pschodynamics of shared understandings 8. Research on cultural discontinuities 9. Beyond old C. Sims Martine StephensLiving Folklore is a comprehensive, straightforward introduction to folklore as it is lived, shared and practiced in contemporary settings. Drawing on examples from diverse American groups and experiences, this text gives the student a strong foundation—from the field’s history and major terms to theories, interpretive approaches, and fieldwork. Many teachers of undergraduates find the available folklore textbooks too complex or unwieldy for an introductory level course. It is precisely this criticism that Living Folklore addresses; while comprehensive and rigorous, the book is specifically intended to meet the needs of those students who are just beginning their study of the discipline. Its real strength lies in how it combines carefully articulated foundational concepts with relevant examples and a student-oriented teaching AliAli, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Yogyakarta Disajikan pada Program Pascasarjana Bidang EtnolinguistikS DjawanaiDjawanai, S. 2011. "Sumbangan Etnolinguistik bagi Kemanusiaan." Makalah. Disajikan pada Program Pascasarjana Bidang Etnolinguistik, Univrsitas Sam Ratulangi FinneganFinnegan, R. "The How of Literature". articles/20ii/ online tanggal 4 September 2016Cultural Anthrophology. USA Harcourt Brace & CompanyW A HavillandHavilland, W. A. 1999. Cultural Anthrophology. USA Harcourt Brace & Company. MIARASI LURI - CIA & BRIGIT WOLAYAN LIVE COVERLAGU KHAS MINAHASAVideo : Armando LohoMari Lestarikan Lagu Daerah Khas MinahasaJangan Lupa Subscribe, Like, Co 1 Ragam gerak tari yang didukung oleh para pekerja atau buruh biasanya berirama cepat,dinamis,dan romantis karena dilakukan ditempat terbuka. Ragam gerak yang muncul adalah gerak saling merespon dan mengisi ruangan sehingga para penarinya berpasang- pasangan membentuk formasi melingkar,menyudut,dan banjar. 2. Cultural Meaning in the Lyrics of Minahasa Folk Songs as Local Wisdom" is a result of study that was conducted to get cultural meaning in the lyrics of Minahasan folk songs. LaguMiara Si Luri merupakan lagu asal Sulawesi Utara yang diciptakan oleh Berti Rarun. Makna yang terkandung dalam lagu ini yaitu berisi nasehat kepada seorang pria yang hendak mempersunting seorang gadis supaya dapat menjaga, melindungi, serta merawat gadis tersebut saat menjadi istri dalam keluarganya. Berikut lirik lagu tersebut: .
  • rb65p0i3ow.pages.dev/964
  • rb65p0i3ow.pages.dev/14
  • rb65p0i3ow.pages.dev/763
  • rb65p0i3ow.pages.dev/650
  • rb65p0i3ow.pages.dev/58
  • rb65p0i3ow.pages.dev/417
  • rb65p0i3ow.pages.dev/793
  • rb65p0i3ow.pages.dev/571
  • rb65p0i3ow.pages.dev/255
  • rb65p0i3ow.pages.dev/82
  • rb65p0i3ow.pages.dev/171
  • rb65p0i3ow.pages.dev/505
  • rb65p0i3ow.pages.dev/366
  • rb65p0i3ow.pages.dev/980
  • rb65p0i3ow.pages.dev/496
  • lagu miara si luri berasal dari daerah